Balitbangda.luwuutarakab.go.id, Kekayaan alam Kabupaten Luwu Utara laksana
samudera tak bertepi, demikianlah ungkapan yang pas untuk menggambarkan kekayaan
alam di daerah ini, semakin ditelisik makin terlihat besarnya anugerah Tuhan tersebut.
Pada seminar hasil penelitian identifikasi jenis dan
kandungan tumbuhan aromatik di Kabupaten Luwu Utara kerjasama Badan Penelitian
dan Pengembangan Daerah (Balitbangda) Kabupaten Luwu Utara dengan Balai Penelitian dan Pengembangan
Lingkungan Hidup dan Kehutanan (BP2LHK) Makassar yang diselenggarakan di Aula
Bappeda Kabupaten Luwu Utara, Selasa (27/11), terungkap potensi sumber daya
alam yang selama ini belum banyak dikenal yaitu potensi tumbuhan aromatik.
Selain gaharu dan nilam yang telah dikenal luas oleh
masyarakat, Luwu Utara memiliki banyak jenis lain tumbuhan aromatik yang
berpotensi untuk dikembangkan.
Ir. Misto Tim Peneliti dari BP2LHK dalam pemaparannya mengungkapkan
bahwa terdapat 23 jenis tumbuhan
aromatik di Kabupaten Luwu Utara. “Diantara 23 jenis tersebut, terdapat
2 jenis yang paling populer di masyarakat Luwu Utara yaitu Sinangkala dan
Kadinge, hasil pengujian kandungan kimia
menunjukkan jika kedua jenis tersebut memungkinkan untuk diolah menjadi produk
seperti parfum, aromaterapi, pengharum ruangan, antiseptik, obat-obatan dan
produk lain yang bernilai ekonomi” jelas Misto.
Penelitian ini tidak hanya sampai pada identifikasi jenis
(nama ilmiah tumbuhan) namun juga melihat seberapa besar rendemen minyak atsiri
yang dihasilkan serta menguji kandungan kimia tumbuhan aromatik.
Sebelumnya, Sekretaris Daerah Kabupaten Luwu Utara Abdul Mahfud dalam sambutannya
mengatakan, potensi hutan di Kabupaten Luwu Utara sangat besar yaitu sekitar
66,7% dari luas wilayahnya. “Hutan kita di Luwu Utara termasuk penyanggah bagi
kabupaten-kabupaten lain di Sulawesi Selatan, tidak menutup kemungkinan masih
banyak potensi lain di dalam hutan yang berpeluang dimanfaatkan secara lestari seperti
tumbuhan aromatik ini” kata Mahfud.
Sementara itu Ir. Hasnawir Tim Peneliti dari BP2LHK
menyebutkan bahwa kayu sinangkala dapat menjadi ikon Luwu Utara, selain aromanya
yang wangi dan khas, rendemen minyak atsirinya terbilang cukup tinggi, seperti kulit
kayu sinangkala 5,58% dan daun 1,87%. “untuk keperluan produksi minyak atsiri,
kami merekomendasikan daun sinangkala, selain tersedia setiap waktu juga karena
minyak dari daun ini terpisah dengan air sehingga mudah pengerjaannya, selain
itu daun lebih ramah lingkungan” ungkap Hasnawir.
Seminar hasil ini dibuka
secara resmi oleh Sekretaris Daerah Kabupaten Luwu Utara, yang diikuti oleh
peserta dari berbagai kalangan yaitu SKPD terkait, KPH Rongkong, KPH Kalaena,
serta para Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) Lingkup Kabupaten Luwu Utara. (BSR)